Rabu, 06 Februari 2013

Jangan Musnahkan Daun Khat (Ghat) - Bisa Jadi Berkhasiat Obat


Kasus Narkoba Raffi Akhmad membuat geger masyarakat Indonesia. Banyak pertanyaan mengusik ketika tiba-tiba BNN mengintruksikan untuk memusnahkan tanaman Khat (Catha Edulis) yang diduga sebagai bahan baku Chatinone. Apakah benar daun Khat berbahaya bagi kesehatan? Atau mungkin justru bermanfaat?

Kalau dilihat dari seni kuliner, daun khat atau sering juga disebut daun ghat memiliki citarasa asam dan ada rasa sedikit getir. Bentuknya seperti daun salam. Aroma normal tidak ada aroma yang terlalu menyengat. Jadi daun mudanya cocok dan cukup enak menjadi bahan lalapan sambal terasi dan lauk ikan asin. Dari sisi nutrisi, daun khat yang pasti mengandung serat, klorofil, vitamin A, zat besi, dan mineral esensial lainnya yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh.

Saya pribadi agak miris melihat BNN (Badan Narkotika Nasional) melakukan instruksi agar musnahkan daun khat. Apakah benar daun khat berbahaya untuk kesehatan? Atau mungkin sebaliknya berkhasiat sebagai obat. Perlu dilakukan riset ilmiah mendalam. Karena Narkoba yang beredar dan dikonsumsi Raffi Ahmad adalah methylone, zat turunan chatinone yang terbuat dari senyawa kimia sintetis bukan dari daun khat.
 
Lantas bagimana dengan kandungan Chatinone alami yang ada di dalam daun khat? Kemampuan manusia mengonsumsi daun khat segar paling hanya segenggam, bahkan sebagian orang hanya mengunyah dan menelan sarinya. Apakah dengan mengonsumsi segenggam daun khat kita akan mendapatkan efek negatif? Semua yang berlebihan memang tidak baik dampaknya, bahkan alhokol durian, senyawa mentol daun mint dan minyak atsiri daun kemangi jika diekstrak menjadi berbahaya jika dikonsumsi berlebihan.


Banyak bahan pangan yang mengandung zat kimia dan memberi efek stimulan, seperti cafein pada kopi dan teh, zingeron pada jahe, senyawa menthol pada daun mint dan zat aktif saponin dalam ginseng. Dalam ambang batas tertentu, efeknya akan menyegarkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Lantas seberapa bahayanya efek stimulan dari bahan pangan segar? atau justru menyehatkan?. Ini yang harus dikaji ulang.

Mungkin lebih bijak jika pemerintah dengan lembaga terkait melakukan penelitian mendalam tentang bahaya daun ini jika dikonsumsi segar. Benarkah berbahaya, berapa ambang batasnya, atau mungkin malah bermanfaat untuk kesehatan.  Karena image daun ini menjadi sangat buruk setelah kasus narkoba Raffi Akhmad, padahal narkoba yang dikonsumsi Raffi tidak terbuat dari daun ini. Ngga tega rasanya melihat daun ini dimusnahkan begitu saja tanpa ada landasan penelitian ilmiah yang kuat. Sepertinya tindakan bodoh. Budi Sutomo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar