SURABAYA - Jika berbicara mengenai oleh-oleh ikan bandeng, maka yang terlintas dalam bennak kita adalah bandeng presto khas Semarang. Tapi dalam kunjungan penulis kali ini kota Surabaya, ternyata di Surabaya juga ada oleh-oleh ikan bandeng, yaitu bandeng asap.
Karena penulis tidak mendapatkan referensi mengenai oleh-oleh khas yang dapat diperoleh yang unik dari Surabaya, maka penulis meminta supir taxi Blue Bird yang penulis tumpangi untuk singgah ke pusat oleh-oleh di kota Surabaya. Oleh supir taxi ini, penulis diantar ke Jalan Genteng Besar. Ternyata di jalan ini terdapat banyak toko yang menjual aneka jenis penganan yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh. Karena bingung, maka penulis memilih salah satu toko yaitu Toko Sudi Mampir yang beralamat di Jalan Gubeng Besar No. 72-74 Surabaya, telepon 031 5341714. Di sini penulis menemukan aneka cemilan khas Surabaya dan sekitarnya seperti keripik, emping melinjo, pia/bakpia, keripik sukun, keripik nangka dan sebagainya.
Penulis kurang tertarik dengan aneka cemilan ini, karena bagi penulis ini sudah biasa dinikmati. Justru penulis tertarik dengan kotak-kotak yang tersusun dan tertulis, bandeng presto. Penulis heran dan bertanya kepada pelayan toko, bukankah bandeng presto itu khas Semarang. Tapi pelayan toko ini menyebutkan bahwa bandeng presto ini berbeda dengan yang ada di Semarang. Bahkan di sini ada bandeng asap yang katanya cukup terkenal bagi para pencari oleh-oleh.
Penasaran dengan bandeng asap ini, penulis mencoba membelinya. Harga bandeng asap ini dibanderol sebesar Rp 85.000 per kilogram (sekitar 2 ekor). Tercium dari baunya memang cukup menggoda. Selain itu, penulis juga membeli keripik sukun, yang dihargai Rp 15.000 per bungkus (berat 250 gr).
Ternyata di bandara Juanda, penulis juga menemukan satu counter penjual bandeng asap, yaitu Ho Yoe. Namun bandeng yang dijual disini dihitung harga per ekor yang bervariasi antara Rp 70.000 sampai dengan Rp 90.000. Jika ukurannya mungkin sama dengan ukuran per ekor bandeng asap yang dijual di Toko Sudi Mampir. Jadi menurut penulis, bandeng asap yang dijual di bandara ini lebih mahal.
Foto-foto dan cerita mengenai bagaimana rasa bandeng asap ini akan penulis ceritakan dalam artikel berikutnya. Pada artikel ini penulis tidak dapat mengunggah foto-fotonya, karena penulis mem-posting artikel ini menggunakan handphone ketika sedang menunggu di ruang boarding Bandara Juanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar